Masih teringat percakapan para pemilik usaha digital printing dan merchandise perusahaan dalam sebuah sesi FGD ( focus grup discussion). “Kalender masih laku gak sih sekarang?”.
Pertanyaan itu tidak sederhana. Saya tahu banyak pelaku industri percetakan bertanya-tanya hal yang sama. Di tengah dunia yang makin digital, dengan promosi yang kini bisa diklik, dibagikan, dan dilacak secara real-time, apakah masih ada ruang untuk produk cetak fisik seperti cetak kalender dan merchandise?
Terkait : Cetak Kalender Custom 2026
Masih ada Harapan & Nafas di Dunia Percetakan
Asosiasi Percetakan Indonesia tahun 2024, kalender cetak masih menyumbang sekitar 15% dari total industri merchandise dan percetakan. Angkanya turun 3% setiap tahun sejak 2020. Tapi fakta bahwa angka ini masih stabil menandakan satu hal: kebutuhan akan produk dan sentuhan fisik belum sepenuhnya tergantikan.
Apalagi untuk pelaku UMKM dan bisnis lokal. Mereka tetap butuh produk promosi cepat dan terjangkau. Di sinilah tempat cetak kalender terdekat menunjukkan keunggulannya. Kecepatan layanan dan kedekatan emosional menjadi nilai lebih yang tak bisa diberikan oleh platform digital.
Bukan Mustahil Menghadapi Tantangan Industri yang Semakin Menekan
Namun kita harus jujur. Tantangan tidak bisa diabaikan. Konsumen kini hidup bersama ponsel mereka. Kalender digital menyatu dengan rutinitas harian. Notifikasi dan pengingat otomatis membuat orang makin jarang melihat meja kerja mereka. Bahkan beberapa perusahaan mulai memangkas biaya dengan menghapus anggaran cetak kalender tahunan.
Tak hanya itu. Harga bahan baku terus melonjak. Kertas dan tinta tidak lagi murah. Margin pun makin tipis. Ditambah lagi, sulit sekali mengukur efektivitas promosi menggunakan kalender fisik. Tidak ada dashboard yang memberi grafik atau angka klik seperti iklan digital.
Terkait : Tempat cetak kalender terdekat yang Berpengalaman dan Kredibel
Tantangan Inovasi dan Adaptasi Terhadap Perubahan Landscape Bisnis
Tapi dari semua tantangan, saya justru melihat peluang. Banyak vendor yang mulai berpikir ulang. Mereka tidak lagi sekadar mencetak. Mereka menciptakan pengalaman.
Misalnya kalender meja custom kini bisa dilengkapi QR code. Saat dipindai, kode itu mengarahkan pengguna ke katalog online, video promosi, atau halaman media sosial. Ada juga yang menyematkan teknologi NFC. Produk cetak berubah menjadi jembatan ke dunia digital.
Inilah bentuk nyata strategi omnichannel. Kalender cetak tetap digunakan. Tapi fungsinya diperluas. Ia menjadi alat bantu untuk menyampaikan pesan brand secara lebih dalam.
Apa Alasan Kita Masih Mencetak?
Saya percaya pendekatan Simon Sinek, “Start With Why”, sangat tepat digunakan di sini. Mengapa kita masih mencetak kalender?
Jawabannya sederhana. Karena manusia butuh benda nyata untuk merasakan koneksi. Kalender bukan hanya penanda waktu. Ia adalah bagian dari ruang kerja. Ia membawa nama dan logo bisnis dalam jangkauan mata setiap hari.
Bagaimana cara kita melakukannya? Dengan menggabungkan teknologi digital dan seni mencetak. Buatlah kalender yang bukan sekadar cantik. Tapi juga cerdas. Bisa diakses secara fisik dan digital. Mudah dibagikan. Relevan. Fungsional.
Dan hasil akhirnya? Pelanggan tidak hanya melihat kalender. Mereka mengingat merek Anda. Setiap hari. Tanpa harus diklik. Tanpa harus diiklankan lagi.
Terkait : Tempat Bikin kalender meja 2026 & kalender dinding perusahaan Secara Online
Statistik yang Tidak Bisa Diabaikan
Mari lihat data pendukung:
- Pasar digital printing global diperkirakan mencapai USD 167,5 miliar di 2025
- Volume cetakan digital meningkat dari 1,8 triliun ke 2,8 triliun lembar A4 dalam satu dekade (Smithers,2025)
- Print-on-demand mencatat lonjakan CAGR hingga 23,6% menuju USD 19,8 miliar pada 2029 (Fortune Business Insights )
- Industri merchandise cetak tumbuh stabil, terutama karena kebutuhan promosi dan brand awareness
Angka-angka ini menyampaikan pesan penting. Dunia tidak benar-benar meninggalkan produk fisik. Dunia hanya menuntut produk fisik yang lebih cerdas.
Terkait : Kombinasi Strategi Influencer, FOMO & Kalender Promosi Untuk Meningkatkan Brand Awarness
Masih ada Peminat dan Ruang Cetak Kalender Untuk Tumbuh
Kalender bukan produk mati. Ia hanya butuh disegarkan. Butuh diperbarui. Butuh dipahami kembali. Di 2026, bisnis percetakan yang bisa menggabungkan strategi fisik dan digital akan tetap bertahan. Bahkan tumbuh. Vendor yang mampu memberikan solusi marketing lengkap—mulai dari desain, produksi, hingga konektivitas digital—akan menjadi pilihan utama.
Dari sudut pandang ekonomi makro, sektor percetakan ini tidak sekadar bertahan. Ia menjadi bagian dari ekosistem ekonomi kreatif yang lebih luas. Mendorong lapangan kerja. Mendukung UMKM. Menjadi media komunikasi yang lebih personal di era yang semakin impersonal.
Dan bagi Anda yang masih ragu untuk melanjutkan usaha cetak kalender, saya hanya ingin mengingatkan satu hal. Kalender bisa berhenti menunjukkan tanggal. Tapi jika Anda tahu caranya, kalender tidak akan pernah berhenti memberikan dampak.
FAQ
1) Apakah kalender fisik masih efektif untuk brand awareness?
Ya, karena menghadirkan paparan visual berulang 12 bulan penuh. Tambahkan QR/NFC agar terukur dan terhubung ke kanal digital.
2) Kalender meja atau dinding: mana yang lebih baik?
Tergantung audiens & ruang pakai: meja untuk eksekutif/administrasi; dinding untuk area operasional/ruang bersama.
4) Apa bahan & finishing yang direkomendasikan?
Halaman: art carton 210–260 gsm; cover 310–350 gsm; laminasi doff/gloss; spiral wire berkualitas.
5) Kapan waktu ideal memesan kalender 2026?
Paling aman 2–3 bulan sebelum awal tahun (Okt–Nov) untuk desain, proof, produksi, dan distribusi.
6) Bagaimana memadukan kalender dengan kampanye digital?
Selaraskan tema bulanan dengan konten media sosial/email; gunakan QR berbeda per kanal untuk tracking.
Ingin konsultasi desain, minta sample, atau price list kalender & souvenir 2026? WhatsApp Lisa: 0819-0826-6435
Tentang Penulis
Didik Listi Abi
Saat ini menjabat sebagai Business Development Strategist di PT Digibook Sarana Promosi Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang percetakan, digital printing, dan merchandise branding.